Kata protein berasal dari kata yunani ‘protos atau proteos’ yang berarti
pertama atau utama. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel
hewan atau manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan
berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukkan dan pertumbuhan tubuh, sebagian besar ilmu kimia organisme hidup menyangkut
5 golongan senyawa utama, yaitu: karbohidrat, lipida, mineral, asam nukleat dan
protein. Protein menentukan kebanyakan sifat-sifat yang ditemukan dalam
kehidupan. Protein menentukan metabolisme, membentuk jaringan dan membertikan
kemungkinan bagai kita untuk bergerak. Protein juga berfungsi mengangkut
senyawa-senyawa dan melindungi kita dari penyebaran mikroorganisme yang merugikan.
Protein
merupakan komponen utama semua sel hidup. Protein berfungsi sebagai pembentuk
struktur sel yang menghasilkan hormon, enzim, dan lain-lain. Secara kimiawi ,
protein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas satuan asam-asam amino
sebagai monomernya, dimana asam-asam amino yang terikat satu sama lain melalui
ikatan peptide. Ikatan Peptida yaitu ikatan antara gugus karboksil (-COOH) asam
amino yang satu dengan gugus amino (-NH2) dari asam amino yang lain dengan
melepaskan satu molekul air.
Tumbuhan
membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa nitrogen. Hewan yang memakan
tumbuhan mengubah protein nabati menjadi protein hewani. Di samping digunakan
untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai sumber
energi bila tubuh kita kekurangan karbohidrat dan lemak. Komposisi rata-rata
unsur kimia yang terdapat dalam protein ialah sebagai berikut: karbon 50%,
hydrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang 0-3% dan fosfor 0-3%. Dengan
berpedoman pada kadar nitrogen sebesar 16%, dapat dilakukan penentuan kandungan
protein dalam suatu bahan makanan.
Protein
memiliki molekul besar dengan berat molekul bervariasi antara 5000 hingga
jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein akan
menghasilkan asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam
molekul protein. Asam-asam amino ini terikat satu dengan lain oleh ikatan
peptide. Protein mudh dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH, dan pelarut organik (Riawan, 1990).
Pada umumnya
protein mempunyai sifat sebagai senyawa amorf, tidak berwarna, mempunyai titik
leleh dan titik didih yang tidak tetap, tak larut dalam pelarut organic dan
apabila dilarutkan dalam air membentuk suatu larutan koloid. Protein ini mudah
rusak karena pengaruh panas, penambahan logam, dan pengaruh asam atau basa.
Klasifikasi Protein
Ditinjau dari strukturnya, protein dapat dibagi dalam
dua golongan besar, yaitu golongan protein sederhana dan protein gabungan.
Protein sederhana adalah protein yang hanya terdiri atas molekul asam-asam
amino, sedangkan protein gabungan adalah protein yang terdiri atas protein dan
gugus bukan protein. Gugus ini disebut gugus prostetik dan terdiri atas
karbohidrat, lipid atau asam nukleat (Riawan,
1990).
Protein sederhana dapat dibagi dalam dua bagian
menurut bentuk molekulnya, yaitu protein fiber dan protein globular. Protein
fiber mempunyai bentuk molekul panjang seperti serat atau serabut, sedangkan
protein globular berbentuk bulat (Riawan,
1990).
Molekul protein fiber terdiri atas beberapa rantai
polipeptida yang memanjang dan dihubungkan satu sama lain oleh beberapa ikatan
silang sehingga merupakan bentuk serat atau serabut yang stabil. Sifat umum
protein fiber ialah tidak larut dalam air dan sukar diuraikan dengan enzim (Riawan, 1990).
1.
Kolagen adalah
suatu jenis protein yang terdapat pada jaringan ikat. Protein ini mempunyai
struktur heliks tripel. Kolagen tidak larut dalam air dan tidak diuraikan
dengan enzim. Namun kolagen dapat diubah oleh pemanasan dalam air mendidih oleh
larutan asam atau basa encer menjadi gelatin yang mudah larut dan mudah dicernakann.
Hampir 30% protein tubuh adalah kolagen (Riawan,
1990).
2.
Keratin adalah
protein yang terdapat dalam bulu domba, sutera alam, rambut, kulit, kuku.
Apabila dipanaskan dengan air mendidih dan diregangkan maka konformasi berubah
menjadi lembaran berlipat parallel, karena ikatan hydrogen yang menunjang
struktur terputus (Riawan, 1990).
3.
Protein globular umumnya
berbentuk bulat atau elips dan terdiri atas rantai polipeptida yang berlipat.
Pada umumnya gugus R polar terletak di sebelah luar rantai peptida, sedangkan
gugus R yang hidrofob terletak di sebelah dalam molekul protein. Protein
globular pada umumnya mempunyai sifat dapat larut dalam air, dalam larutan asm
dan basa dan etanol. Beberapa jenis protein globular adalah albumin, globulin,
histon dan protemin (Riawan, 1990).
4.
Albumin adalah
protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas. Larutan
albumin dalam air dapat diendapkan dengan penambahan amonium sulfat hingga
jenuh. Albumin antara lain terdapat pada serum darah dan bagian putih telur (Riawan, 1990).
5.
Globulin mempunyai
sifat sukar larut dalam air murni, tetapi dapat larut dalam larutan garam
netral, misalnya larutan NaCl encer. Larutan globulin dapat diendapkan oleh
penambahan garam amonium sulfat hingga setengah jenuh. Globulin dapat diperoleh
dengan jalan mengekstrasikannya dengan larutan garam (5-10%) NaCl, kemudian
ekstrak yang diperoleh diencerkan dengan penambahan air. Seperti albumin,
globulin juga dapat terkoagulasi oleh panas. Globulin antara lain tertdapat
dalam serum darah, pada otot dan jaringan lain (Riawan, 1990).
6.
Protein gabungan adalah
protein yang berikatan dengan senyawa yang bukan protein. Gugus bukan protein
ini disebut gugus prostetik. Ada beberapa jenis gabungan antara lain
mukoprotein, glikoprotein, lipoprotein dan nucleoprotein (Riawan, 1990).
Berdasarkan
kelarutannya :
a. Protein
fibrosa : tidak larut dalam pelarut biasa namun larut dalam asam dan basa.
b. Protein globular : larut dalam
air, larutan asam, basa, bahkan garam.
Berdasarkan komplekan strukturnya :
a.
Protein sederhana : hidrolisisnya
menghasilkan asam amino, contoh :
albumin, globular.
b.
Protein
konjugasi : memilik gugus bukan protein yaitu gugus prostetik, contoh : neuro
protein, kromoprotein (Sumardjo,1998)
Sifat-sifat
Protein
Karena
protein tersusun oleh asam-asam amino , maka protein mempunyai sifat mirip
dengan asam-asam amino.
1.
Di dalam
pelarut air, protein akan membentuk koloid. Di samping itu, protein memiliki
gugus hidrofilik seperti -NH2, -COOH, -OH, sehingga koloid hidrofil.
Karena molekulnya cukup besar, maka protein tidak dapat berdifusi melalui
membran. Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat akan melepaskan
ion H+, sedangkan gugus amina akan menerima ion H+ .Oleh adanya kedua gugus
tersebut, asam amino dalam larutan dapat membentuk ion yang bermuatan positif
dan juga negatif (zwitterions) atau ion amfoter (Riawan, 1990). Bila kadar ion hydrogen meningkat, senyawa
tersebut akan bersifat basa karena gugusan karboksilat akan mengikat ion H+
sehingga terbentuklah gugusan COOH yang tidak bermuatan.
2.
Sifat asam
basa protein ditentukan oleh gugus asam basa pada gugus R–nya. Adanya gugus
asam basa menyebabkan protein bersifat sebagai suatu amfotir.
3.
Denaturasi
adalah rusaknya sifat fisik dan fisiologik protein, dapat disebabkan karena
pemanasan dan penambahan asam kuat. Pada proses denaturasi, protein mengalami
perubahan sifat fisik dan keelektifan biologisnya yang disebabkan oleh
pemanasan, penyinaran. Denaturasi akan merusak ikatan sekunder, ikatan tersier, dan ikatan
kuarterner.(Sumardjo,1998)
4. koagulasi
5. Tidak
larut dalam pelarut organik, asam-asam alfa amino bersifat optis aktif
kecuali glisin (asam amino asetat). Pada umumnya mereka larut dalam air dan
tidak larut dalam pelarut organic non-polar seperti eter, aseton dan
chloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan
sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun aromatic yang terdiri atas
beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam air tetapi larut dalam pelarut
organik. Demikian pula amina pada umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam pelarut organik (Riawan,
1990).
Reaksi
Uji Protein
1.
Pereaksi
Xantoprotein
Pada
dasarnya, uji Xanthoprotein bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aromatic
(benzene) yang berupa asam amino tirosin, triptofan dan fenilalanin. Pada uji
ini terbentuk warna kuning yang merupakan indikator adanya asam amino-asam
amino tersebut. Hal ini sesuai dengan dasar teori dan tinjauan pustaka Harper,
1980 yang menyatakan bahwa reaksi warna Xanthoprotein bertujuan untuk mengetahui
adanya gugus aromatik asam amino yang memiliki gugus aromatik (benzene) yang
ditunjukkan dengan adanya warna kuning.
2.
Pereaksi
Hopkins-Cole
Digunakan untuk menguji adanya asam amino triptofan.
Khususnya yang mengandung gugus indol, jika ditambahkan H2SO4 pekat melalui dinding tabung sehingga
membentuk lapisan, dari cairan akan terbentuk cincin violet (ungu) pada
pertemuan kedua lapisan cairan, apabila positif mengandung triptofan
3.
Pereaksi
Millon
Digunakan untuk menguji adanya gugus fenol pada
protein misalnya tirosin.
4.
Pereaksi
Nitroprusida
Digunakan untuk protein yang asam aminonya mempunyai
gugus –SH misalnya sistein.
5.
Pereaksi
Sakaguchi
Untuk uji protein yang asam aminonya mengandung gugus
guanidine seperti arginin yang memberikan warna merah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar